Jumat, 08 Juli 2011

SAHABAT

Tak ada ruang untuk menyerah
Aku disini sahabat
Slalu.....
Tegakkanlah pandangan
Menang kita lepas
Lalu berlari
Menyongsong kehidupan
Semangatku....
Rangkulanmu
Buanglah semua gundah
Hilangkan easa gelisah
Kita pacu bersama
Menatap Dunia
Untuk sebuah mimpi terindah
Kita pasti bisa

AkuTetap Menanti

Sengata kembali kelabu pagi ini
Rintikan hujan turun berpadu-padu
Dan aku kembali termanggu
di Atas sajadah yang tak benyanyi

Aku hanyut didalam sujud
Mendengar bisikan Angin
Melafadz pujian dzikir
Untuk Rabb Yang Maha Agung

Ada ketenangan yang ku dapatkan
Kepercayaan untuk sebuah penantian
Walaupun mamak tak disini untuk ku
Namun Aku percaya dengan r ahmat-Mu

Kristal bening itu membasahi pipi
Sungguh terasa jauh kasihnya dihati
Riang itu hilang menghindar pergi
Namun sampai mana rintihan ini?

Tak pantas aku menyesali nasib
Karma mungkin, inilah terbaik
Tapi salahkah Aku meminta?
Kembalikan cinta yang hilang dari mamaku








Aku merindukanya ya Allah
Ingin aku menangis di dalam peluknya
Mengadu atas apa yang terjadi padaku
Namun Kau belum mengijinkannya
Dan Aku tetap menunggu

Gemerisik hujan mulai berpendar
Meninggalkan lamunan sepi
Yang mungkin akan menghilang
Dan sesak itu sedikit berkurang

Sengata dengan sejuta cinta
Dibasahi hujan yang bertebar berkah
Untuk jiwa-jiwa yang tak lelah
Karna memiliki tujuan dan arah
Dan Aku tetap menanti

Kupersembahkan untuk sebuah hati
Yang sangat berarti

Laki-laki itu

    Zaki hanya menatap tak tega ke arah adiknya, alma.Guratan senyum gadis yang di jaganya itu telah hilang sejak kejadian itu, matanya yang memerah karena menangis membuat wajahnya pucat, pandangannya berada denag langit yang diam.
“ma, makam duu ya !” , zaki mencoba mengalihkan perhatian alma padanya, berharap alma untuk memakan nasi, barang sesendok,”sudahlahma, jangan terus begini, kamu semakin lemah!”. Tak ada jawpan dari alma. Dia tetap pada posisinya, tanpa merasa ada Zaki, yang menunggu respon darinya.
“Assallamuallaikum”, Seketika mendengar salam itu, Alma membalikan wajahnya, menatap gadis yang mengucapkan sambil berurai air mata. “ Rani”, Rani menghampiri Alma. Lalu memeluk erat’ aku takut Ran”………. Desahan Alma beririnf dengan pegangan tangannyan yang begitu erat di pundak Rani. “ Ran, tolomg ajak Alma makan, saya harus berangkat ke kantor”. Rani mengangguk mengiringi kepergian bang zaki.
       Alma merenggangkan pelukannya tanpa berkata apa-apa. Dia semakin menunduk lemah menatap kursi rodanya.”Ran, Aku sudah tidak bisa kuliah lagi, Aku……,”. “Jangan begitu, kamu pasti sembuh alma, yakinlah!”mata alma menatap langit-langit kamarnya. Malam itu, Alma harus pulang turlambat dari kampus, karena ada seminar di kampus, perjalanan yang di tempuh cukup jauh, karena jarak samarinda ke tenggarong. Ke rumahnya cukup memakan waktu. Ketika melintasi jalan pertengahan antara samarinda dan patung gajah yang menjadi perbatasn arah menuju tenggarong. Motornya berhenti, tak ada seorangpun I sana. “ hallo bang?. Alma motornya nggak bisa jalan, disini sepi bang”, “ iya abang jemput pakk mobil;. Gelap menyelimuti malam. Dari arah belakang terdengar sayup-sayup suara kendaraan. Tanpa disangka motor iti berhenti beberapa meter di belakangnya tertabgkap lamat-lamat bayangan dua orang lelaki mendekatinya. Alma merasa darahnya naik ke ubun-ubun ketika salah satunya dari mereka membelai punggunganya, jilbabnya yang panjang sudah tak beraturan.” Praak”, Tamparan Alma mengenai wajah lelaki itu, namun tanpa sempat berterik salah satu dari mereka, meraih kedua tangannya, membukam mulutnya dengan tapi, dan menarik paksa jilbabnya.
“Lepaskan!”. Alma merontak, kakiny mencoba merengsek tendangan dengan sekuat tenaga ke arah mereka, tapi naas, tak satupun dari mereka memberi kesempatan, hanpone dalam tas berbunyi, sebuelum sempat meraih, salah seorang merampas tas, dan membuang jauh ke tengah jalan, Alma terjerabah lelaki di depannya. Yang satu memegang tanannya, dan yang satu membongkar paksa pakaiannya.
“Tiiiiiit”, klaksaon mobil dari arah kiri jalan, tanpa buang-buang waktu alma menggigit tangan salah satu lelaki itu dan merengsek langkah tanpa peduli dengan kepalanya yang sudah dilindungi jilbab. Sebisanya dia berlari, menghidari lelaki yang hanya tertawa menatapnya dari aranh berlawanan, sebuah ninja biru melaju kencang, Alma tarhantam batu dan motor itu menyerempet pinggul kanannya, hingga tak sadarkan diri.
Alma hanya tersenyum kecut memikirkan nasibnya. Sudah tak berasa penting hidupnya yang dilaluinya saat ini dengan kursi roda, “ Ma, besuk hari minggu depan aku menikah, kamu datang ya?............, sambil menahan air matanya, Rani memblai wajah alma, “ diusahakan ya, insyallah Ran, kamu sahabat terbaiku”. Alma tersenyum tanpa arti guratan kebahagiaan dan kesedihan bercampur aduk dalam benaknya. “ sama siapa Ran?”, “ Roni, Alma”, nama itu terdenear asing di telinganya. “ besuk dia ku ajak menjenguk kesini” tambah rani.” Iya”. Jawap alma. “makan ya ma, nih”,Rani menyuapi ke mulut Alma perlahan.
Pagi ini .Alma di ajak jalan-jalan oleh jaki di sekitaran rumah. Menatap indah suasana pagi hari.” Bang, Rani akan menikah minggu depan. Zaki menghentikan langj\kahnt\ya meresapi angain yang berhembus berirama. Ada sesak di hatinya, ingin menyesak karena terlambat mengutarakan isi hatinya pada rani, sahabat adiknya.
“Kita pasti kesana, abang usahakan”ucapnya tertahan”.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
    "Assallamuallaikum”
   “Waallaikumusallam”
“Ma, bang ini Roni”, ucap Rani seraya memperkenalkan Roni calon suaminya. “Pagi-pagi Ran udah…. Kata-kata Alma terputus seketika saat ia menatap wajah Roni, wajah itu… yang tak terlihat asing dimatanya, laki-laki itu yang mencoba merenggut kehormatannya. “Bang.., hanya itu yang diucapkannya. Tubuhnya ambruk dari kursi roda. Zaki yang kebinggungan tanpa berkata-kata segra membopong tubuh Alma kedalam. Roni yang sadar akan adanya bahaya segra mengajak Rani pulang. “Kita pulang Yang”
“Kenapa?” Rani seolah tak terima ajakan Roni.
“Aku ada job Yang” tambahnya beralasan.
“Ya udah kamu pulang aja duluan, ntar tak pulang sendiri. Kasihan Alma..” Mendengar sanggahan dari Rani, tanpa banyak bicara ia menarik tangan Rani paksa. Didudukkannya dalam Mobil dan tanpa kata-kata menarik Pedal sekenanya.
Alma sadarkan diri,namun wajahnya muram. “Bang…”, perlhan disandarkannya kepalanya kedinding, diraihnya tangan Abangnya itu, bendungan airmata yang terasa ingin termunthkan itu sudahtak saggup ia tahan lagi. “Dia Bang, laki-laki itu!” , ucapnya sambil berbisik.
“Alma, kamu tidak boleh seperti itu” Dalam hati,Zaki yakin itu hanya karna perasaan Rani yang masih belum stabil. Alma mengeleng. “Demi Allah Bang, laki-laki itu yang mau memperkosa Alma”, airmatanya semakin bercucuran. Dipeluknya adik kesayangannya itu lembut. Binggung dalam hal ini, apa yang harus ia perbuat.
………….
“Saat kejadian itu, anda berada dimana?”, ucap Inspektur Hariyanto mengawali perbincangan.
“ Dalam perjalanan menjemput adik saya Pak”. Persis sperti apa yang terjadi dengan Alma , ia mencoba menjelaskan semuanya sekenanya. Ada dua orang lelaki yang mencoba merenggut kehormatannya saat ia kebetulan terhenti dijalan karna motor yang ia kendarai mogok. Saat ia berusaha melarikan diri , sebuah Ninja Biru melaju kencang dari arah belakang. Tanpa sempat menghindar,ia tersermpet, dan ketika Zaki sampai, yang didapatinaya Alma tergeletak pingsan di pinggir jalan.
“Mas Roni, saat ini,kita tidak bisa langsung menangkap Roni, yang diyakini sebagai tersangka karna kita belum memiliki bukti yang kuat untuk menyeretnya ke Pengadilan. Kita butuh lebih banyak bukti tentang ini semua, jadi Saya harap Mas Roni bisa membantu kami juga”, ”Iya Pak, Saya juga akan berusaha membantu sebisanya” Zaki berfikir keras. Minggu depan parnikahan Rani akan berlangsung, walaupun ada rasa yang sedikit mengganjal hatinya, ia tidak ingin kasus ini dikaitkan dengan perasaannya pada Rani, yang selam ini hanya Alma yang tahu.
`````````
   “Hello, Alma besok datang ya di acara pernikahanku”, nada bicara Rani terdengar berat dan tertahan. “Iya Ran, insyaAllah tak usahakan untuk datang, semangat ya.. Calon Pengantin loh…. Ucap Alma mencoba menghiburnya. Daslam hati Alma tak sanggup jika Rani tau apa yang telah terjadi dengan dirinya karna Roni, dia tak mampu melihat Rani menangis menyambut hari pernikahannya.
`````````
           Satu-persatu tamu keluar dari ruangan yang cukup besar itu, paduan warna putih dan buru yang senada menghias setiap sudut. Riasan pelaminan yang menawarkan semi kemewahan dengan tampilan yang dipenuhi tirai-tirai payet bunga tertata rapi menghiasi tempat itu. Namun tak ada derai atw ataupun ucapan-ucapan kebahagiaan dari para tamu yang ada. Hanya ada guratan Tanya dari wajah-wajah yang ada didepannya. Alma berjalan dengan tumpuan tongkat disebelah tangan kanannya, tangan kirinya ditopang Zaki. “Tante, Ada apa, Rani ada?”, tanta Faya yang cantik dengan setelan kebaya putih itu seketika memeluk Alma, hanya ada bisu dibibirnya. “Alma, Rani ada didalam kamar”, pandangan matanya mengisyaratkan Alma untuk bergegas menemui Rani dikamar.
   “Rani, ini Alma”, diketuknya pintu itu beberapa kali, tapi tak ada jawaban dari dalam. Namun pintu itu sedikit terbuka, sepertinya tak terkunci. Rambut Rani terurai tak beraturan, gaun putih yang dikenakannya masih melekat rapi, kedua tangannya hanya memeluk bantal diatas ranjang pengantinnya. “Alma, Aku gagal menikah” ucapnya terbata-bata. “ Roni itu Bajingan,dia mencuri sluruh uang yang ada diberangkas papa, sekarang entah ia kabur kemana…”.
Dalm hati Alma bersyukur pernikahan ini tak terjadi, karna dia yakin Roni bukanlah lelaki yang baik. Alma tak ikhlas I Rani disakiti, dan Allah menolongnya. “Kan ada Bang Zaki Ran…”, Rani tersenyum tertahan. “Kamu ini ada-ada saja” “Ran, Aku serius!”, tambah Alma. “Sudahlah” Rani memeluk Alma erat. Semuanya biarkan terjadi.

Kamis, 07 Juli 2011

BENGALON

    Bengalon village. Entah mengapa saya tertarik untuk menulis tentang ini, mungkin karna saya bermukim di bengalon ya?. Tepatnya pada hari ahad, tanggal 4 april 2010 saya mulai tinggal di sini, sebelumnya pun saya pernah datang ke sini, waktu itu saya mengantar barang dari sangata. Tapi nyatanya saya sama sekali tidak bisa menikmati perjalanan yang ditempuh, karna pusing dan mual akibat naik mobil, sehingga saya hanya tertidur di pangkuan suami. Sungguh hal yang tak saya inginkan terulang kembali. Yah bengalon, suami saya menyebutnya kota……… tapi saya sangat tidak setuju, saya sepakat bengalon adalah desa yang ramai , bukan sebuah kota.

    Penyebaran penduduk yang cukup padat, tidak di dukung dengan adanya transportasi dan tenaga listrik yang memadai. Jalan yang rusak, sering terjadi banjir menyebabkan kurangnya kesan manis terhadap tempat ini. Teriknya sinar matahari yang acap kali mengalirkan keringat tubuh sampai membuat air mata ini berjatuhan sungguh terasa, pantas saja waktu saya di sengata, di wanti-wanti, mampukah saya bertahan di bengalon!  
    Memposisikan diri dengan beradaptasi di tempat yang baru, akan terasa begitu sulit. Jika keadaan itu jauh berbeda dengan yang kita harapkan. Namun Subhanaallah, itu mengajar kita untuk lebih baik dengan adanya hal-hal baru yang menuntut kita mampu menyesuakan diri. Semua kembli pada diri masing-masing.

KETIMUN

      Pagi itu, matahari sudah cukup tinggi, saya berjalan sambil menenteng dompet, motor sudah saya parker didepan. Ketika saya masuk hanya ada seorang wanita di dalam, umurnya sudah cukup tua, mungkin sama dengan nenek saya, wajahnya sudah cukup keriput. Rumahnyapun jauh dari bersih, ada sebuah kasur lapuk di depan lemari, ada meja dengan teko pelastik tua serta tudung makanan. Sejenak hanya itu yang saya amati, kemudian saya memilih kacang panjang yang rencananya akan saya tumis dengan mi itu. Segar, mungkin baru tadi pagi di petik, dalam keresek merah saya lihat ada ketimun, dalam hati saya berkata, sudah cukup lama saya tidak makan ketimun.

Saya ukur-ukur ketimun itu, cukup besar, “
        “bu lek, timunnya harganya berapa ini?” “seribu, ambil dua biji yang kecil-kecil” sahut wanita itu, saat saya bertanya berapa harga ketimun tadi. Setelah menimbang-nimbang, saya sebenarnya masih ragu, “ bu lek, yang mana timunnya?” Tanya saya kebinggungan. “ ya itu, yang kecil. Kok binggung!” Saya jadi kikuk dibilang begitu, malu jadinya. Saya ulurkan uang lima ribu rupiah. Tanpa berkata apapun ia masuk kedalam kamar, kemudian kembali dengan uang seribu rupiah diitangannya untuk menggangsuli saya. Ragu-ragu saya ambil uang itu, kemudian mengucapkan trimakasih dan segra pulang. Dalam perjalanan, saya sedikit resah. Padahal kacang panjang yang saya beli, harganya dua ribu rupiah. Ketimun seribu rupiah saja, kok angsullannya seribu aja/ Wah, jangan-jangan bu lek tadi lupa ya, atau saya yang salah dengar tadi. Hem males mikirin, ntar jadi suudzhon… Udah rejeki bu lek kali…

Sabtu, 02 Juli 2011

Sepohon Kayu

Sepohon kayu daunnya rimbun
lebat bunganya serta buahnya
walaupun hidup seribu tahun
bila tak sembahyang apa gunanya

kami bekerja sehari-hari
untuk belanja rumah sendiri
walaupun hidup seribu tahun
bila tak sembahyang apa gunanya

kami sembahyang fardhu sembahyang
sunat pun ada bukan sembarang
supaya Allah menjadi sayang
kami bekerja hatilah riang

kami sembahyang limalah waktu
siang dan malam sudahlah tentu
hidup di kubur yatim piatu
tinggallah seorang dipukul dipalu

dipukul dipalu sehari-hari
barulah ia sedarkan diri
hidup di dunia tiada berarti
akhirat disana sangatlah rugi